Journal, Review, and Inspiration

Journal, Review, and Inspiration

Tuesday, March 26, 2013

Lalu Aku Pun Menelan Omongan Sendiri

Hari ini, setelah berpeluh di minggu pagi, demi sebuah tugas negara dengan suhu tubuh yang sudah cukup tinggi, aku memilih menemani perempuan ini 'survey gedung'. Betapa menyenangkan melihat sahabatku ini memilih milih dimana dia dan calon suaminya akan menikah. 
Menikah, yang oleh sahabatku sendiri pun masih seperti mimpi. Oh, ini bukan mimpi sahabatku, ini takdir. Takdirmu dan dia yang dalam sujudmu tak pernah bosan kau sebut namanya, dan kau pinta hatinya pada Allah. 
Aku mengingat, tahun kemarin dalam sebuah obrolan singkat dengan sahabat kita yang satu lagi, dengan kening berkerut-kerut aku dengan rasa bingung yang benar-benar tidakku buat-buat, aku bertanya padanya. 
"Pie, aku beneran bingung, heran, capek nggak sih si Mbak ngegalauin kakak selama ini, sampai-sampai si Mbak tau persis sudah genap 365 hari dia menggalau dan menunggu. capek nggak sih pie, aku yang ngeliatnya aja capek."

Sungguh sahabatku, jujur saja, saat itu apa yang kamu lakukan tidak pernah masuk dalam akal sehatku. Sudahlah, get a live, move on! lanjutkan hidupmu, jangan sia-siakan waktumu untuk orang yang bahkan menurutku sudah menyia-nyiakanmu dengan memilih mundur. Rekorku saat itu adalah menangis dua hari dua malam karena putus cinta, hari ketiga aku sudah tidak mampu menangis karena sudah tak merasa apa-apa. dua bulan kemudian i am officialy move on. well, move on memang tak harus ditandai dengan hubungan baru. Hanya kamu yang tau 'tanda' move kamu itu apa. Jadi apa yang kamu lakukan sungguh membuatku merasa capek, tidakkah kau capek mbak?

Hari ini kita duduk berhadapan dengan secangkir kopi dihadapanmu dan segelas yogurt dihadapanku setelah melihat gedung yang akan mejadi tempatmu menikah nanti.

Hari ini aku seperti menelan omonganku sendiri. Sekarang aku tau kenapa kamu bisa menunggu dan bertahan selama itu. Aku merasakannya juga sahabat. Aku tau betapa sakitnya, ketika kita lelah namun tak mampu berhenti. Ketika kita sakit, namun tak berhenti merasa cinta. Merasa tak tenang sepanjang waktu, dan hanya ketika kening, hidung, dan tempurung lutut sejajar kita merasa aman, merasa tenang, merasa punya harapan untuk bisa melangkah tegar esok hari. 

Sahabat, aku bercermin dari apa yang kau alami, walau mungkin jalan hidup kita tidak sama, satu hal yang aku yakini, Allah akan memberi jalan bagi kita yang meminta jalan. Melihatmu hari ini, aku seperti punya semangat dan harapan untuk masa depan yang bahagia sepertimu.