Journal, Review, and Inspiration

Journal, Review, and Inspiration

Monday, August 29, 2016

BAZAAR ART JAKARTA 2016 ( I'VE BEEN REFRESHED !!!)

Bazaar Art Jakarta 2016, oleh Harpers Bazaar, merupakan event seni pertama dan terbesar di Indonesia . Sebenarnya sudah dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2009, cuma saja saya baru tahun ini bisa datang ke Bazaar Art Jakarta yang di gelar di Ballroom Pasific Place Ritz Carlton, Jakarta.


                                                              (Eko Nugroho; 2016)
Sejak pertama saya menginjakan kaki di Pasific Place, saya langsung disuguhi karya seni raksasa milik Eko Nugroho, lukisan-lukisan tersebut di pajang dalam bentuk lampion, terinstalasi tepat di tengah-tengah mall tersebut. Eko Nugroho sebenarnya merupakan seniman asal Yogyakarta yang sudah sejak lama berkarya, hanya saja awam seperti saya dan sebagian besar orang diluar sana mungkin mengenal karyanya lewat film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang laris manis itu . Bagi saya karya seni milik Eko Nugroho sendiri merupakan karya yang kaya pesan, menyerap fenomena politik dan budaya disekitarnya lalu kemudian menuangkannya dalam karya seni instalasi yang penuh warna, memikat, dan membuat saya  ingin mengenal lebih jauh lagi karya-karyanya yang lain. 

Memasuki venue utama kita akan disuguhi gamelan jawa yang dapat bermain sendiri, kalau saya boleh berkomentar, serupa robot gamelan. Kemudian di samping gamelan 'mistis' tersebut terdapat sebuah booth, tempat melakukan registrasi, setelah melakukan registrasi kita akan mendapatkan sebuah katalog tebal, dan eksklusif berisikan informasi mengenai karya seni yang ditampilkan di sana. Tahun ini, Bazaar Art Jakarta diikuti oleh 42 galeri seni dari berbagai negara di dunia, termasuk salah satunya lukisan dari galeri Sotheby’s, Hongkong. 

(Affandi; Sun, Feet and Hands; 1979)

Salah satu yang menarik perhatian saya dan banyak orang tentunya adalah lukisan karya Affandi yang kini berada di  galeri Sotheby's Hongkong, dimana dalam Bazaar Art kali ini turut dipamerkan. Karyanya berjudul 'Sun, Feet, and Hands' (1979). Dalam menikmati sebuah karya setiap orang pasti punya terjemahannya sendiri-sendiri. 

Bagi saya ketika  berlama-lama berdiri di depan lukisan ini, saya merasa Affandi berpesan pada penikmat karyanya, bahwa Akal merupakan pusat kehidupan kita sebagai manusia, tangan dan kaki merupakan alat untuk mentransformasikan apa yang ada dalam alam pikiran ke alam realita. Akal adalah pusat tata surya-nya manusia. keutamaannya disimbolkan dalam warna kuning emas sedangkan pendaran warna jingga besar dibelakangnya mengibaratkan pengaruh yang luar biasa pada kehidupan kita. kemudian sepasang kaki dan tangan berwarna hitam sebagai 'jalan-nya' untuk sampai ke dunia nyata kemudian bertapak pada realitas yang disimbolkan dengan guratan-guratan hitam di bawah kaki yang mecakar-cakar. Sepintas mungkin seperti cakar ayam, tapi ternyata sungguh dalam maknanya.

 (Dani "king" Heriyanto)
Selain Lukisan legendaris karya Affandi, saya juga melihat beberapa lukisan yang menarik. Tidak menarik bagi saya bukan berarti tidak bagus, maafkan ilmu dan rasa seni saya yang mungkin masih terlalu cetek ini, tetapi ada beberapa lukisan yang secara pribadi saya suka, dan bikin saya penasaran. Sebenarnya, pesan apa yang hendak disampaikan oleh si empunya lukisan. salah satunya milik Dani "king" Heriyanto yang berjudul 'Keindahan, Keseimbangan dan Kesempurnaan' milik Art Front Gallery, Singapore. 

Jika dilihat dari warna, lukisan ini di dominasi oleh warna Favorit saya, warna-warna netral seperti abu-abu, hitam dan putih. Warna abu-abu, hitam dan putih pun merupakan komposisi yang pas untuk sebuah gambaran Keindahan, Keseimbangan, dan Kesempurnaan. 

Pada lukisan tersebut digambarkan seorang perempuan berambut pendek yang terlihat lesu memandangi batu-batu yang ditumpuk diatas tangannya, semakin dilihat kenapa pula saya merasa kasihan, demi mendapatkan sebuah gambaran keindahan, wanita tersebut mungkin harus meletakan tumpukan batu itu diatas tangannya kemudian harus menjaga keseimbangan tersebut. Apa memang begitulah syarat sebuah kesempurnaan, haruslah terlihat indah dan seimbang. Lalu kenapa pula terlihat lesu? Ah, entahlah. Mari kita tengok karya-karya yang lain.

Sebenarnya kedatangan saya ke Bazaar Art Jakarta ini salah satunya demi melihat karya salah satu photografer favorit saya, Anton Ismail. Satu diantaranya adalah lukisan poto yang berjudul 'Keluar, Tumbuh, Liar'. Mungkin kalau melihat karyanya untuk pertama kali kesannya, sembarangan banget sih, poto, gunting tempelin poto lagi, tempel, selesai. Dulu, saya juga mikirnya begitu. Makin sering dan bervariasi karyanya yang saya lihat ternyata memang "sembarangannya" ini yang tetap konsisten. dan medianya bisa apa saja, lukisan, poto, bahkan pada dua gundukan beras yang ikut dipamerkan dalam Bazaar Art ini. 

Buat saya karyanya itu selalu 'rough' dan 'meaningful'. Dalam setiap karyanya, pesan itu akan muncul dengan jelas. Kalau kepribadian bisa di lihat dari sebuah karya, maka mungkin beliau ini pribadi yang straight to the point. Seperti yang terlihat dalam  'Keluar, Tumbuh, Liar' ini. Buat saya karyanya kali kental dengan nuansa perempuan, feminism, atau mungkin mungkin beliau menyebutnya 'titiesm'  karena dalam empat foto lainnya memang banyak ditemukan objek tersebut. haha i truly dont know how to name it, but sure i sense it. Secara kasat mata kita bisa melihat ada bayang-banyang orang suci yang menutupi bagian-bagian vital perempuan tersebut dengan bunga-bunga atau mungkin tujuan bunga itu bukan menutupi, malah merupakan simbol tumbuh liar itu sendiri dan bahagilah karena yang bertumbuh itu anugrah yang maha suci. Once again, its up to you, yang menikmati karya ini.

Memang mungkin begitulah kaya seni, tidak untuk dipahami semua orang, atau emang memahami karya seni itu bukan sesuatu yang harus diartikan dengan mutlak. Setiap individu penikmatnya punya pandangannya sendiri, punya rasa yang berbeda. Bagi seniman karya seni merupakan media untuk menyampaikan sebuah pesan, mereka bercerita lewat cahaya, bercerita lewat warna, lewat suara, bahkan lewat benda-benda, bebas sesuka hati mereka.  Bagi penikmat seni, hakikat kita adalah menikmati karya-karya mereka dengan bebas dari sudut mana pun yang ingin kita lihat. 

Terima Kasih Harper's Bazaar for Refresh my borring soul. Sungguh dahaga memang terasa manis setelah minum seteguk air.

(bersama Anton Ismail; Black Squad!)

Beberapa Kaya-karya menarik yang ditampilkan dalam Bazaar Art Jakarta 2016 
(Baby Ballet; Yi Hwan Kwon)


(Till Death Do Us Part; Djoko Hartanto)


(By Misako Taekagi ; made from clay, wooden, rock)












Friday, August 26, 2016

NONTON TEATER BUNGA PENUTUP ABAD

Bunga penutup abad merupakan karya adaptasi dari buku Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer. Sebenarnya buku-buku ini merupakan tetralogy, setelah Anak Semua Bangsa ada juga Jejak Langkah dan Rumah Kaca, namun teater Bunga Penutup Abad ini hanya mengisahkan dua buku awal. Tokoh Nyai Ontosoroh diperankan Oleh Happy Salma, Minke Oleh Reza Rahardian, Annelies oleh Chelsea Islan, dan Jean Marais oleh Lukman Sardi.

Ketika saya tau bahwa Reza Rahardian yang memainkan Tokoh Minke ini, dalam hati saya bertanya, tidakkah Reza Terlalu “Indo” untuk memainkan peran seorang pribumi? Karena terus terang setiap pembaca Pramoedya pasti punya bayangan sendiri bagaimana sosok Minke, dan saya membayangkan seorang pria manis rupawan dengan kulit sawo mateng berusia 18 tahun. Does Reza fit in, I don’t know. Kemudian  ada Sosok Annelies yang diperankan Chelsea Islan, sangat pas untuk penggambaran seorang Indo yang begitu cantik hanya saja, sebagai penonton awam, tentu saya bertanya-tanya bagaimana aktingnya ketika bermain teater, mengingat Chelsea yang saya kenal dari media adalah seorang bintang film yang memulai karirnya bukan dari pemain teater. Untuk seorang Happy Salma, saya tidak meragukan apapun, saya memang ingin melihat dia bermain sebagai Nyai Ontosoroh yang tersehor itu mengingat Happy Salma bukan pemain baru di dunia teater.
Ketika tirai dibuka, sekejap itu juga penonton hening, semua mata tertuju pada Reza Rahardian sebagai Minke yang sedang membaca surat dari Panji Darman tentang keadaan Annelies nun jauh di negeri Belanda, entah saya berlebihan atau tidak, detik-detik awal ketika tirai terbuka dan lampu panggung mulai menyala saya melihat dada yang di balut jas hitamnya turun naik begitu ketara pertanda jantungnya berdegup kencang (well I sit in the front row, so I think I can see clearly). Kemudian Lantang suara dan khas aksen jawanya terdengar, ditemani Happy Salma yang duduk anggun dengan mimik muka tegang, lalu menjelmalah keduanya sebagai Minke dan Nyai Ontosoroh, monolog demi monolog, dialog demi dialog.
Sungguh bukan kerja gampang memainkan teater dengan monolog yang panjang-panjang, tapi secara keseluruhan semua bermain bagus, bermain teater membutuhkan artikulasi jelas, mimik muka dan gesture tubuh dramatis, dan tentu saja penghayatan. Tidak sama dengan film dimana mimik muka bisa terlihat jelas dengan zoom in kamera, bisa dilakukan take berulang-ulang, disitulah kenikmatan menonton teater. Energi si pemain, penghayatan, dan spontanitas menjadi magnet tersendiri bagi para penonton dan Reza, you did it well, saya sampai lupa bahwa sebelum menonton saya sempat ragu apakah Reza cocok dengan karakter Minke ini.
Saya paling penasaran dengan penampilan Chelsea Islan, jujur, saya suka. Memang cocok Chelsea memerankan Annelies yang cantik jelita, manja, dan dimabuk cinta. Ternyata Chelsea punya artikulasi suara yang jelas dan merdu, you nailed it Chelsea.
Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, dari yang bisa saya rasakan, saya kira Happy salma memiliki kecintaan pada sastra karya Pramoedya ini mungkin jauh sebelum proyek teater ini. Begitu menyatu, Nyai Ontosoroh, seorang pribumi, cantik dengan kulit sawo matang, berusia tiga puluhan, sungguh pas. Terasa sekali dominsinya sebagai seorang Nyai Ontosoroh yang “berkarisma” saat adegan demi adegan dengan Reza dimainkan. Minke yang labil tapi cerdas, Minke yang masih sangat muda, Minke yang Jatuh cinta. Oh iya  Lukman Sardi. rasanya tak perlulah saya berkomentar untuk seorang pemain watak sekelas Lukman Sardi. Beliau memerankan Jean Marais, seorang pelukis prancis yang pincang, mungkin adegannya tak sebanyak Happy Salma, atau Reza Rahardian, namun karakter Jean ini sungguh penting sebagai penjembatan satu cerita dengan cerita lainnya, satu adegan dengan adegan lainnya.
Wawan Sofyan sebagai sutradara dan penulis sekenario merupakan pengapresiasi karya Pramoedya sejak dulu, terbukti dengan karya-karyanya sebelum ini seperti ‘Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh’. Beliau membuat Plotnya yang maju-mundur, namun tetap enak di tonton tidak membingungkan, lebih dari itu Wawan Sofyan mampu menjembatani menciptakan alur yang kompleks monolog-monolog yang menarik namun tetap dengan khas Pramoedya yang tak hilang dari setiap adegan. Satu hal lagi yang membuatnya istimewa, pementasan teater ini menggunakan live orchestra yang merdu, jernih dan rapih.

Pada akhirnya penyuka Pramoedya atau bukan, pencinta teater atau bukan, tidaklah rugi menonton pertunjukan teater ini, rasa-rasa sebagai penyejuk batin yang sudah kering. 

25 Agustus 2016 (Perempuan Akhir Abad)





















Wednesday, April 29, 2015

START OVER AGAIN

Sejak awal Novemver 2014 lalu aku memulai gaya hidup baru yang aku harap lebih sehat. Releted with my last post. Salah satu bentuk penghargaanku sama diri sendiri ya ini, take care my self as best as i can. Bukankah sebagai seorang muslim pun sudah jadi kewajiban kita, bersyukur dengan cara menjaga baik-baik apa yang sudah Tuhan beri buat kita, dan salah satu nikmat yang paling mahal dan kadang suka lupa kita jaga adalah nikmat sehat. Jadi, marilah kita ikhtiar menjaga kesehatan kita sebaik mungkin, supaya kita juga bisa hidup dengan lebih bahagia dan berkualitas. I am not an expert, but i am here to share. So, lets start 

1.    Ask yourself what is your reason to start over
Nah, ini jugalah hal pertama yang aku tanyakan pada diri sendiri saat memulai untuk hidup dengan lebih baik. Alasan pertamaku dulu sungguh sangat shallow, tapi inilah kenyataannya, and it’s okey, ini membuktikan bahwa kita berproses, dan nikmatilah prosesnya.alasanku adalah aku ingin tubuhku tampak ideal, karena sudah sejak lama aku strugling dengan kelebihan berat bedan. Sempat ideal kemudian kembali bertambah setelah aku berhenti diet.
Alasan itu cuma bertahan satu hari di tempat fitness, karena ketika pertama kali latihan dengan supervisi personal trainer, i make some sweat, push the limit, and feel different sensation  when i set a new score, at that time i am officially addicted with body workout. And after that day, my reason to start over is to make the best version of myself, stronger, healthier, and  happier. Tubuh yang langsing, berat badan yang ideal semua itu adalah bonus dan bukan tujuan utama. Lalu tidak salah kan kalau kita mencoba untuk olah raga, makan yang bernutrisi dan merubah pola hidup, lah wong bonusnya juga menggiurkan tho?  
Jadi, think! Dan jadikan alasan mengapa kamu memulai awal baru ini sebagai sebuah mindset yang akan merubah keseluruhan pola hidup kamu. So lets do this!

2.   Knowing Your Self
Pola hidup sehat ini terdiri dari beberapa hal utama, pertama, olahraga yang teratur. Kedua, pola makan yang sehat dan bernutrisi. Ketiga, istirahat yang cukup. Yang kepingin aku wanti-wanti banget di sini adalah bahwa setiap orang itu berbeda. We are unique as we are, jadi hargailah keunikan itu. Maksudku adalah bahwa mungkin saja pola latihan satu orang dengan orang yang lain berbeda, pola makan sehatnya pun berbeda tergantung selera dan mungkin saja ada keterbatasan-keterbatasan medis yang menjadi alasannya. Contoh;

Pola latihan (Olahraga)
Aku lebih suka pola latihan total body workout dengan alat-alat fitness, dan segala variasinya, sedikit gymnastic sesuai kebutuhan. Selain itu aku suka kelas lessmills seperti Bodypump dan RPM. Di Bodypump aku bisa melatih whole muscle mulai dari yang kecil hingga yang besar, selama 50 menit. Its muscle training and also lil bit cardio becouse we use lighter weight and more repeatation. Di RPM selain cardio juga melatih kaki dan perut. Kamu mungkin tidak suka sama angkat-angkat beban lebih suka yoga atau belly dance atau lari atau banyak temen-temenku juga yang nggak kuat latihan RPM dan lebih memilih jenis cardio seperti zumba, cardio dance dan lain sebaginya. Knowing your own body. Saranku sih kalau kita bener-bener baru dan buta, berinvestasilah sedikit dengan menyewa personal trainer yang akan membimbing kita dan ngenalin ke kita tentang anatomi tubuh dengan lebih baik. Selain itu banyak-banyak bertanya dan banyak-banyak baca, browsing internet. Open your eyes, its something new for you, you need guidence and sometimes second opinion. So, be smart!

Pola makan

I know rawfood is good and healthy. But seriously lalapan yang paling aku doyan cuma ketimun sama kemangi. So, aku memilih menumis semua sayur mayur dengan olive oil lil bit salt and paper. Buatku itu sebuah perkembangan signifikan, karena dulu i hate sayur, nggak suka makan sayur kecuali gado-gado. I dont do food combaining, i dont do mayo diet, i dont do no salt no sugar diet. Aku nggak bilang bahwa jenis-jenis diet diatas nggak baik ya, cuma aja aku nggak merasa cocok dengan pola makan seperti itu. yang ada nantinya setelah diet, nafsu makanku makin bertambah. Oh iya, pernah coba diet mayo, dan hari kedua pun langsung nyerah, karena aku jadi lemot banget susah nangkep kalau dosen lagi ngajar. i give up. Untuk protein, Aku makan hampir semua jenis protein, mulai dari telur, ayam, ikan, daging, susu protein dan lain sebagainya. Aku makan sedikit karbohidrat. Ketika sedang menjalankan program weight lost aku nggak makan karbohidrat dalam bentuk nasi, segala jenis nasi. Nggak makan umbi-umbian, nggak makan jagung dan roti-rotian. Aduh nggak makan karbohidrat dong mana tahan.  Oh, maybe you forget that brokoli is also karbohidrat, tomat juga dan masih banyak lagi. Thats why i say, read, listen and learn. Yang aku fokuskan di sini adalah sejauh mana pola makan yang baru ini bisa konsisten aku lakukan.   So, Yang aku lakukan untuk pola makanku  adalah makan teratur 5 kali sehari, bernutrisi seimbang dan mengontrol porsi makan. Nanti dipostingan yang lain aku bakal sharing lebih banyak tentang pola makan. 
Setelah pola latihan dan makan yang bernutrisi tubuh juga butuh istirahat, kasih hak tubuh kita untuk beristirahat. Istirahat yang cukup tidur yang teratur akan membantu metabolisme tubuh kita untuk bekerja lebih maksimal. Intinya ditahap ini kita harus fokus sama diri kita sendiri. banyak sekali mereka yang datang ke tempat fitness merasa terintimidasi sama temen fitness yang lain hanya karena badannya lebih ototan, beban yang diangkat lebih berat, atau progress temen kita yang jauh lebih cepat dari kita. Inti dari knowing your ownself adalah supaya kita bisa jadi versi yang terbaik dari diri kita bukan lebih baik dari orang lain. i have a friend that i know from gym. gosh she is preety cool when we do weight training, she could lift almost half heavier than me. When i lift 8 kilos she lift 12 kilos, but i think i challange myself by dioing my part add lil bit more weight day by day. I am not her and we have different body and also we have different needs. She inspired me not intimidated me. Thats how it works babe. So be ready for next step

3.  Make a List
Supaya lebih bisa mengontrol makan dan latihan kalau ini dirasa perlu kamu bisa buat matriks kegiatan. Jadi kamu bisa buat semacam matriks latihan apa aja yang kamu lakuin hari ini, apa-apa aja yang kamu makan seharian. Kalau aku pribadi ngga sampe segitu, mungkin karena awal di pandu sama personal trainer jadi praktis si PT lah yang punya catatan latihanku. Kalau soal pola makan cukup dengan mengingat dan mengorganisir dalam hati aja hihihi...

4.Wake Up, dress Up, Never Give Up
Wake up! choose your best outfit to workout, girls know this verry well dress up is one of our moodbooster, so do it. And never give up. I am doing it for about half year, still baby step but i keep on going to be healtier, and more fit. Sometimes, i am out of track, but i keep on going and back in track.
Consistency is difficult, healthy lifestyle needs your effort and dedication is a must. So, keep trying, once you loose track start over loose again start over again.  Sekarang aku melihat mereka yang memiliki tubuh ideal dan menjalani pola hidup sehat dengan cara yang berbeda, i respect them, most of them are the coolest person and the humble one.

Sunday, April 26, 2015

COME BACK ON TRACK

Entah kenapa tiba-tiba pagi ini aku bangun dengan rasa kangen nge-blog. Blog ini sepertinya hampir setahun  mati suri, on off on off seperti kegalauan si empunya. Hahaha yeah that’s me, si tukang galau tidak berkesudahan selama dua tahun terakhir. Kalau dilihat-lihat dari postingan awal sampai postingan terakhir, yang sering mampir ke blog ini juga akan menyadari, i have been change from time to time. Dari yang dulunya tukang eksis, social butterfly, kemudian mencoba peruntungan dengan jualan buku yang di-publish indie, terus jadi tukang galau sepanjang jalan kenangan, dan sekarang here i am, stuck disalah satu sudut kedai kopi  putri duyung dan mencoba lagi menulis dengan terbata.
Setahun di bandung sudah semestinyalah aku jadi anak yang lebih kreatif, sudah semestinyalah aku bisa berkarya lebih baik, paling tidak lebih produktif, nyatanya nggak ada sama sekali. Sebuah cerita pendek pun tak ada, puisi-puisi roman pun tak mampir keotakku.  I have to addmit it, selain sibuk ke kampus mengejar gelar master dan jalan-jalan wisata kuliner kesana kemari kerjaanku adalah mengkhawatirkan seseorang diluar sana yang dulu kukira soulmateku. Untuk menuliskan cerita tentang ini, aku butuh 6 bulan. Really, 6 bulan buat sekedar mengakui yeah i have been so in love so naive, then someone breaking my heart, i feel like a dumb treating like a trash at this point.

I learn my lesson


Mungkin terdengarnya naif, ya mungkin memang senaif itulah hidup berlaku padaku, but i really learn my lesson, that no body...no body will respect you until you respect your self put your self as priority in your ‘only one’  life! Aku sedari kecil sudah terbiasa berusaha untuk sesuatu yang kuinginkan, kalau mau sesuatu ya harus usaha dan jangan lupa berdoa, i believe it becouse its always work. And i do this kinda relationship dengan rumus ini. IT DOESN’T WORK!!! Yeah it doesnt work like this i think. Aku lupa, lupa bahwa ada satu hati, satu kepala, satu keinginan yang lain. Bukan hatiku, bukan kepalaku dan bukan keinginan-keinginanku.
Aku sedang tidak kepingin curhat dari A sampai Z perjalanan si galau ini dari jatuh cinta sampai patah hati, aku pun tak mau memaki-maki orang ini panjang lebar di blog, ah senang sekali dia kalau sampai satu tulisan ‘come back on track’  ini jadi sebuah persembahan maki-makian buat dia. No the the hell way, lagian i learn to make a peace with my self and with others too, so no bullying here. aku cuma kepingin bilang bahwa ternyata banyak sekali ya belajarnya dari satu hati yang patah, banyak sekali rasa yang hadir ketika satu hati disakiti, dan banyak sekali ternyata orang-orang yang perduli dan berbaik hati kepadaku saat aku sedang berada dititik paling rendah, sendirian! Literally sendirian di tanah orang, dan ketika itu kondisi mama sedang tidak baik. Benar ketika Ali bin Abi Thalib berkata, aku baru akan menghitung temanku ketika aku tertimpa musibah.
Can you imagine, when your heart in pain, your mom having serious heart problem, saat itu aku merasa tubuh, hati dan pikiran seperti jalan masing-masing. Dengan tekad kuat saat itu aku bicara pada diri sendiri. Kali ini i am no drama queen. Enough is enough!  During hard time, i remember one of my best friend saying this.
“kamu punya kaca kan, ngaca ma, berkaca hitung satu persatu kelebihan-kelebihan kamu, and you deserve better.”
Kira-kira begitu inti dari wejangannya, sampai suatu pagi aku bangun dengan mata yang bengkak bukan karena nangis, terus terang saja mungkin aku sudah bosan menangis setelah hari itu pertahanan luluh lantah, i feel pain but tears wont come down, tapi karena kurang tidur selama dua minggu. I look my self in the mirror, and...thats my rutning point. Saat itu aku berkata pada diri sendiri
“gila ya rahma sebenernya you are absolutly gorgeous, kalau dia dzolim sama kamu itu bukan urusanmu, biar itu jadi urusannya dengan Tuhan, tapi kamu dzolim sama diri sendiri kalau masih berada ditempat yang sama, membiarkan jiwa, raga, pikiran habis untuk membenci, mengutuk, merasa sakit dan marah memakanmu sampai ketulang rusuk.”
Waktu ngomong sama diri sendiri dikaca saat itu, i think its pretty cool. Hahahaha kalau diinget-inget sekarang, ya ampun tengil banget sih rahma, sempet-sempetnya bilang sama diri sendiri gorgeous. But hey, ternyata ampuh. Sejak saat itu aku memutuskan untuk start dari awal, memungut hal-hal penting seperti prioritas, perhatian, kasih sayang, waktu, dan tenaga yang dulunya kuberikan kepada orang lain yang semestinya kujaga sendiri. Untuk orang lain mungkin hal-hal itu bukan sesuatu yang penting sehingga dengan gampang mereka buang begitu saja, tapi buatku thats the only thing  i have and i should take care of it.
6 bulan terakhir kuhabiskan untuk belajar menghargai diri sendiri lahir dan batin. Mulai lebih concern dengan pola hidup yang harusnya lebih sehat, i turn 28 this year and i wanna be the person that proud with herself when she’s  getting older, being healthy and happy. Mulai belajar membuat priority list setelah 28 tahun nggak pernah tau what excatly my priority is. Mulai belajar jadi manusia yang more tolerant and less judgemental. Dan yang paling penting, belajar bersyukur disaat-saat sempit.
Ehm....i am releave now. Selalu merasa seperti ini setelah menulis. I hope this is a good start in new age :p kalau boleh mengutip penulis kesukaanku, aku ingin mengutip kalimat Dewi Lestari bahwa menulis adalah perjalanan menemukan jati diri. Ketika menulis merupakan sebuah perjalanan, maka menulis adalah sebuah proses yang selalu aku nikmati seumur hidup. Menulis adalah membingkai perjalanan hidupku agar nanti dapat kuresapi lagi  berbagai rasa itu sewaktu aku membacanya. Agar orang lain pun dapat memaknai perjalanan yang kutulis ini, bukan untuk membuat mereka mengerti tapi cukup untuk membuat mereka menyadari bahwa aku ada dan bercerita.

Saturday, May 17, 2014

I AM A BAD WRITTER


Saya suka menulis. 
Menulis adalah satu-satunya hal yang saya senangi sejak kecil.
Menulis buat saya sebuah proses menemukan jati diri, proses yang terlalu intim untuk dibagi.
Bagi orang lain proses itu bisa jadi berbentuk melukis, mengaransemen musik, menari, berlari, meditasi, atau bahkan sekedar duduk dengan segelas menuman kesukaan dan menghisap nikotin dalam-dalam.
Intinya semua adalah pilihan yang kita pilih sendiri, sebuah intimasi yang bahkan kadang saya sulit jelaskan.
Malam ini saya hanya memilih duduk diam, memandang langit bandung yang kiat pekat, dan dinginnya yang menusuk hingga tulang rusuk.
Sungguh baru hitungan bulan saya ada di sini, tapi Tuhan memberi saya begitu banyak hal yang makin hari makin membuat saya bertanya-tanya, bertanya pada diri sendiri tentang banyak hal, tentang banyak keputusan yang akhir-akhir ini saya ambil sendiri.
Saya kemudian berpikir, hidup itu hampir mirip dengan proses menulis.
Tidak ada satu orang pun yang menyuruh saya menyukai menulis.
Saya juga bukan seorang penulis kenamaan dengan banyak pernghargaan atau royalti berjuta kopi.
Dan tidak sedikit orang yang tidak suka tulisan saya,  “payah!” begitulah mereka berkata.
Tapi apakah kemudian saya membenci menulis, lalu berhenti menulis?
Sama seperti hidup, kadang kehidupan yang kita jalani tidak sebaik apayang kita bayangkan terlebih lagi seperti yang orang lain harapkan, kadang kita mengambil keputusan-keputusan yang kita sesali dikemudian hari, tapi sungguh itu tidak membuat saya membenci hidup, dan memutuskan untuk berhenti menjalaninya.
Begitupun menulis, saya mungkin payah, saya mungkin bukan penulis briliant penuh bakat, tapi saya tidak pernah berpikir untuk berhenti menulis, saya menikmatinya, saya menikmati prosesnya, saya menikmatinya seperti pecandu menghirup candunya.
Mulailah jujur untuk menjadi diri sendiri, sungguh rasanya nikmat sekali, karena terkadang ada saatnya kita diam dan  membiarkan orang menilai, terkadang penilaian mereka pun tak salah, but hey, i just love my life.
 I love my life, you may think it’s sucks but i think it’s beautiful just the way it is.


Monday, May 5, 2014

a year ago

Tulisan ini ditulis dan dipublikasikan pada 13 April 2013 pada sebuah blog yang tidak terpublikasi secara umum, lebih dari setahun yang lalu, telah banyak hal berubah tapi sungguh tidak untuk hal yang satu ini. jika mereka menilai ini sekedar tulisan roman picisan, kuharap tidak denganmu. lebih dari 365 hari, ini sebuah presistensi, sebuah pembuktian, bahwa aku ada, untukmu.

Punggungmu

Aku selalu menatap pada punggungmu wahai sang petualang.
Jika Nanti perjalananmu sudah sampai pada titik ketika kamu merasa kamu sudah selesai, Maka pulanglah saat itu semoga aku masih ada membukakan pintu untukmu.Serahkan ranselmu yang penuh dengan petualangan dan segala isinya, akan kubersihkan dari debu tapi biarkanlah melapuk, karena itu tandanya ranselmu juga sudah aus menemani petualangamu. bukalah sepatumu, biar aku simpan dan kugantikan alas baru.
Kamu adalah laki-laki, dan bukan lelaki bila kerjanya hanya menanti arus, jika kamu memilih melawan arus dan mencari kemana sebenarnya tujuanmu maka aku relakan, kubiarkan kau berpetualang, dulu aku berharap disertakan dalam setiap petualanganmu, namun kamu tidak pernah memberiku pilihan untuk ikut serta. Aku akan kuat, karena aku percaya bahwa Tuhan akan mempertemukan apa yang memang seharusnya bertemu, kita telah dipertemukan kembali lalu dipisahkan dengan cara ini aku tidak pernah memilih cara ini, ini pilihanmu tapi tak apa. Aku berusaha merelakan.
Aku hanya bisa menatap punggungmu, punggung yang aku harap dapat kusandari nanti, yang kuharap bisa kuusap saat petualanganmu sudah bermuara di depan pintuku. Punggung yang aku harap berbalik dan menoleh dengan seulas senyum tulus, suatu hari ini.

Monday, April 1, 2013

# Madre

Akhirnya, bisa juga nonton film Madre. HORE!!

Sudah tiga karya Dee yang diangkat kelayar lebar, Perahu kertas, Rectoverso, dan Madre.
Saya selalu punya ekspektasi sendiri melihat karya-karya Dee ditrasformasikan ke dalam bentuk visual. Selalu penasaran, karena sejujurnya saya adalah pengagum tulisannya. Seperti Perahu Kertas dan rectoverso,   dalam benak saya Madre pun sudah saya visualisasikan sendiri.

Madre dalam benak saya adalah sebuah cerita tentang 'menemukan jati diri' diperkaya dengan latar cerita yang tidak biasa mengenai artisan (pembuat roti secara manual), dan Madre yang dalam konteks  cerita ini tidak hanya sekedar 'ibu'nya roti Tan De Baker tapi juga 'ibu' dari cerita Madre ini sendiri.

Setelah saya menonton filmnya, menurut saya perubahan setting dari Jakarta Tua, menjadi Braga bukan hal besar dan tidak terlalu merubah essensi cerita. Tapi sungguh saya merasa film ini kurang dapet 'feel'nya.
And i am so sorry, let me being honest. Hal-hal yang membuat saya rada kecewa adalah ketika orang-orang yang menggarap film ini kurang menyampaikan apa itu Madre, sepenting apa Madre bagi seorang Artisan. Bagaimana kehidupan Artisan di zaman Laksmi dan Tan, bagaimana mereka bertemu, membuat koneksi antara tokoh  Tan, Laksmi, Tansen dan Mei benar-benar terjalin. Sungguh saya membayangkan tokoh Tan dan Laksmi tempo dulu itu dihidupkan kembali. Bagaimana tokoh pak Hadi dan teman-temannya muda dahulu divisualkan dengan baik, sehingga ketika mereka berbicara pada setoples Madre, penonton bisa merasakan koneksinya. Madre yang menghidupkan Tan De Baker, Madre yang menjadi sumber penghidupan mereka sejak dulu, dan Madre yang mempertemukan Tansen pada jati dirinya, dan juga pada cintanya, Mei. Saya betul-betul penasaran melihat Braga, khususnya Tan De Baker menjadi benar-benar trendi pada masa itu. Mungkin dengan demikian setoples Madre yang digiring kesana kemari itu bisa benar-benar hidup dan terasa magisnya di mata para penonton film ini, selayaknya saya merasakan betapa spesialnya Madre ini ketika saya membaca bukunya.

Bagi mereka yang sudah membaca bukunya mungkin sudah bisa merasakan betapa pentingnya Madre, mengapa dia begitu spesial. Tapi, bagi mereka yang langsung menonton filmnya, dan belum tau apa itu Madre, film ini hanya seperti film cerita cinta Tansen dan Mei yang berlatar toko roti.

Kesimpulannya buat saya adalah, wajib baca bukunya, baik yang memutuskan menonton filmnya ataupun tidak. Filmnya sendiri lumayan menghibur untuk ditonton di akhir pekan.