Journal, Review, and Inspiration

Journal, Review, and Inspiration

Sunday, April 26, 2015

COME BACK ON TRACK

Entah kenapa tiba-tiba pagi ini aku bangun dengan rasa kangen nge-blog. Blog ini sepertinya hampir setahun  mati suri, on off on off seperti kegalauan si empunya. Hahaha yeah that’s me, si tukang galau tidak berkesudahan selama dua tahun terakhir. Kalau dilihat-lihat dari postingan awal sampai postingan terakhir, yang sering mampir ke blog ini juga akan menyadari, i have been change from time to time. Dari yang dulunya tukang eksis, social butterfly, kemudian mencoba peruntungan dengan jualan buku yang di-publish indie, terus jadi tukang galau sepanjang jalan kenangan, dan sekarang here i am, stuck disalah satu sudut kedai kopi  putri duyung dan mencoba lagi menulis dengan terbata.
Setahun di bandung sudah semestinyalah aku jadi anak yang lebih kreatif, sudah semestinyalah aku bisa berkarya lebih baik, paling tidak lebih produktif, nyatanya nggak ada sama sekali. Sebuah cerita pendek pun tak ada, puisi-puisi roman pun tak mampir keotakku.  I have to addmit it, selain sibuk ke kampus mengejar gelar master dan jalan-jalan wisata kuliner kesana kemari kerjaanku adalah mengkhawatirkan seseorang diluar sana yang dulu kukira soulmateku. Untuk menuliskan cerita tentang ini, aku butuh 6 bulan. Really, 6 bulan buat sekedar mengakui yeah i have been so in love so naive, then someone breaking my heart, i feel like a dumb treating like a trash at this point.

I learn my lesson


Mungkin terdengarnya naif, ya mungkin memang senaif itulah hidup berlaku padaku, but i really learn my lesson, that no body...no body will respect you until you respect your self put your self as priority in your ‘only one’  life! Aku sedari kecil sudah terbiasa berusaha untuk sesuatu yang kuinginkan, kalau mau sesuatu ya harus usaha dan jangan lupa berdoa, i believe it becouse its always work. And i do this kinda relationship dengan rumus ini. IT DOESN’T WORK!!! Yeah it doesnt work like this i think. Aku lupa, lupa bahwa ada satu hati, satu kepala, satu keinginan yang lain. Bukan hatiku, bukan kepalaku dan bukan keinginan-keinginanku.
Aku sedang tidak kepingin curhat dari A sampai Z perjalanan si galau ini dari jatuh cinta sampai patah hati, aku pun tak mau memaki-maki orang ini panjang lebar di blog, ah senang sekali dia kalau sampai satu tulisan ‘come back on track’  ini jadi sebuah persembahan maki-makian buat dia. No the the hell way, lagian i learn to make a peace with my self and with others too, so no bullying here. aku cuma kepingin bilang bahwa ternyata banyak sekali ya belajarnya dari satu hati yang patah, banyak sekali rasa yang hadir ketika satu hati disakiti, dan banyak sekali ternyata orang-orang yang perduli dan berbaik hati kepadaku saat aku sedang berada dititik paling rendah, sendirian! Literally sendirian di tanah orang, dan ketika itu kondisi mama sedang tidak baik. Benar ketika Ali bin Abi Thalib berkata, aku baru akan menghitung temanku ketika aku tertimpa musibah.
Can you imagine, when your heart in pain, your mom having serious heart problem, saat itu aku merasa tubuh, hati dan pikiran seperti jalan masing-masing. Dengan tekad kuat saat itu aku bicara pada diri sendiri. Kali ini i am no drama queen. Enough is enough!  During hard time, i remember one of my best friend saying this.
“kamu punya kaca kan, ngaca ma, berkaca hitung satu persatu kelebihan-kelebihan kamu, and you deserve better.”
Kira-kira begitu inti dari wejangannya, sampai suatu pagi aku bangun dengan mata yang bengkak bukan karena nangis, terus terang saja mungkin aku sudah bosan menangis setelah hari itu pertahanan luluh lantah, i feel pain but tears wont come down, tapi karena kurang tidur selama dua minggu. I look my self in the mirror, and...thats my rutning point. Saat itu aku berkata pada diri sendiri
“gila ya rahma sebenernya you are absolutly gorgeous, kalau dia dzolim sama kamu itu bukan urusanmu, biar itu jadi urusannya dengan Tuhan, tapi kamu dzolim sama diri sendiri kalau masih berada ditempat yang sama, membiarkan jiwa, raga, pikiran habis untuk membenci, mengutuk, merasa sakit dan marah memakanmu sampai ketulang rusuk.”
Waktu ngomong sama diri sendiri dikaca saat itu, i think its pretty cool. Hahahaha kalau diinget-inget sekarang, ya ampun tengil banget sih rahma, sempet-sempetnya bilang sama diri sendiri gorgeous. But hey, ternyata ampuh. Sejak saat itu aku memutuskan untuk start dari awal, memungut hal-hal penting seperti prioritas, perhatian, kasih sayang, waktu, dan tenaga yang dulunya kuberikan kepada orang lain yang semestinya kujaga sendiri. Untuk orang lain mungkin hal-hal itu bukan sesuatu yang penting sehingga dengan gampang mereka buang begitu saja, tapi buatku thats the only thing  i have and i should take care of it.
6 bulan terakhir kuhabiskan untuk belajar menghargai diri sendiri lahir dan batin. Mulai lebih concern dengan pola hidup yang harusnya lebih sehat, i turn 28 this year and i wanna be the person that proud with herself when she’s  getting older, being healthy and happy. Mulai belajar membuat priority list setelah 28 tahun nggak pernah tau what excatly my priority is. Mulai belajar jadi manusia yang more tolerant and less judgemental. Dan yang paling penting, belajar bersyukur disaat-saat sempit.
Ehm....i am releave now. Selalu merasa seperti ini setelah menulis. I hope this is a good start in new age :p kalau boleh mengutip penulis kesukaanku, aku ingin mengutip kalimat Dewi Lestari bahwa menulis adalah perjalanan menemukan jati diri. Ketika menulis merupakan sebuah perjalanan, maka menulis adalah sebuah proses yang selalu aku nikmati seumur hidup. Menulis adalah membingkai perjalanan hidupku agar nanti dapat kuresapi lagi  berbagai rasa itu sewaktu aku membacanya. Agar orang lain pun dapat memaknai perjalanan yang kutulis ini, bukan untuk membuat mereka mengerti tapi cukup untuk membuat mereka menyadari bahwa aku ada dan bercerita.

No comments:

Post a Comment