Entah kenapa tiba-tiba pagi ini
aku bangun dengan rasa kangen nge-blog. Blog ini sepertinya hampir setahun mati suri, on off on off seperti kegalauan si
empunya. Hahaha yeah that’s me, si tukang galau tidak berkesudahan selama dua
tahun terakhir. Kalau dilihat-lihat dari postingan awal sampai postingan
terakhir, yang sering mampir ke blog ini juga akan menyadari, i have been
change from time to time. Dari yang dulunya tukang eksis, social butterfly,
kemudian mencoba peruntungan dengan jualan buku yang di-publish indie, terus
jadi tukang galau sepanjang jalan kenangan, dan sekarang here i am, stuck
disalah satu sudut kedai kopi putri duyung dan mencoba lagi menulis dengan terbata.
Setahun di bandung sudah
semestinyalah aku jadi anak yang lebih kreatif, sudah semestinyalah aku bisa
berkarya lebih baik, paling tidak lebih produktif, nyatanya nggak ada sama
sekali. Sebuah cerita pendek pun tak ada, puisi-puisi roman pun tak mampir keotakku. I have to addmit it, selain sibuk ke kampus
mengejar gelar master dan jalan-jalan wisata kuliner kesana kemari kerjaanku adalah
mengkhawatirkan seseorang diluar sana yang dulu kukira soulmateku. Untuk menuliskan
cerita tentang ini, aku butuh 6 bulan. Really, 6 bulan
buat sekedar mengakui yeah i have been so in love so naive, then someone
breaking my heart, i feel like a dumb treating like a trash at this point.
I learn my lesson
Mungkin terdengarnya naif, ya
mungkin memang senaif itulah hidup berlaku padaku, but i really learn my
lesson, that no body...no body will respect you until you respect your self put
your self as priority in your ‘only one’ life! Aku sedari kecil sudah terbiasa berusaha
untuk sesuatu yang kuinginkan, kalau mau sesuatu ya harus usaha dan jangan lupa
berdoa, i believe it becouse its always work. And i do this kinda relationship dengan
rumus ini. IT DOESN’T WORK!!! Yeah it doesnt work like this i think. Aku lupa,
lupa bahwa ada satu hati, satu kepala, satu keinginan yang lain. Bukan hatiku,
bukan kepalaku dan bukan keinginan-keinginanku.
Aku sedang tidak kepingin curhat
dari A sampai Z perjalanan si galau ini dari jatuh cinta sampai patah hati, aku
pun tak mau memaki-maki orang ini panjang lebar di blog, ah
senang sekali dia kalau sampai satu tulisan ‘come back on track’ ini jadi sebuah persembahan maki-makian buat
dia. No the the hell way, lagian i learn to make a peace with my self and with others too, so no bullying here. aku cuma kepingin bilang bahwa ternyata
banyak sekali ya belajarnya dari satu hati yang patah, banyak sekali rasa yang
hadir ketika satu hati disakiti, dan banyak sekali ternyata orang-orang yang
perduli dan berbaik hati kepadaku saat aku sedang berada dititik paling rendah,
sendirian! Literally sendirian di tanah orang, dan ketika itu kondisi mama
sedang tidak baik. Benar ketika Ali bin Abi Thalib berkata, aku baru akan
menghitung temanku ketika aku tertimpa musibah.
Can you imagine, when your heart
in pain, your mom having serious heart problem, saat itu aku merasa tubuh, hati
dan pikiran seperti jalan masing-masing. Dengan tekad kuat saat itu aku bicara
pada diri sendiri. Kali ini i am no drama queen. Enough is enough! During hard time, i remember one of my best
friend saying this.
“kamu punya kaca kan, ngaca ma,
berkaca hitung satu persatu kelebihan-kelebihan kamu, and you deserve better.”
Kira-kira begitu inti dari
wejangannya, sampai suatu pagi aku bangun dengan mata yang
bengkak bukan karena nangis, terus terang saja mungkin aku sudah bosan menangis setelah hari itu pertahanan luluh lantah, i feel pain but tears wont come down,
tapi karena kurang tidur selama dua minggu. I look my self in the mirror,
and...thats my rutning point. Saat itu aku berkata pada diri sendiri
“gila ya rahma sebenernya you are
absolutly gorgeous, kalau dia dzolim sama kamu itu bukan urusanmu, biar itu
jadi urusannya dengan Tuhan, tapi kamu dzolim sama diri sendiri kalau masih
berada ditempat yang sama, membiarkan jiwa, raga, pikiran habis untuk membenci,
mengutuk, merasa sakit dan marah memakanmu sampai ketulang rusuk.”
Waktu ngomong sama diri sendiri
dikaca saat itu, i think its pretty cool. Hahahaha kalau diinget-inget
sekarang, ya ampun tengil banget sih rahma, sempet-sempetnya bilang sama diri
sendiri gorgeous. But hey, ternyata ampuh. Sejak saat itu aku memutuskan untuk
start dari awal, memungut hal-hal penting seperti prioritas, perhatian, kasih sayang,
waktu, dan tenaga yang dulunya kuberikan kepada orang lain yang semestinya
kujaga sendiri. Untuk orang lain mungkin hal-hal itu bukan sesuatu yang penting
sehingga dengan gampang mereka buang begitu saja, tapi buatku thats the only
thing i have and i should take care of it.
6 bulan terakhir kuhabiskan untuk
belajar menghargai diri sendiri lahir dan batin. Mulai lebih concern dengan pola hidup yang harusnya lebih sehat, i turn 28 this year and i wanna be the
person that proud with herself when she’s getting older, being healthy and happy. Mulai belajar
membuat priority list setelah 28 tahun nggak pernah tau what excatly my priority
is. Mulai belajar jadi manusia yang more tolerant and less judgemental. Dan yang
paling penting, belajar bersyukur disaat-saat sempit.
Ehm....i am releave now. Selalu merasa
seperti ini setelah menulis. I hope this is a good start in new age :p kalau
boleh mengutip penulis kesukaanku, aku ingin mengutip kalimat Dewi Lestari
bahwa menulis adalah perjalanan menemukan jati diri. Ketika menulis merupakan
sebuah perjalanan, maka menulis adalah sebuah proses yang selalu aku nikmati
seumur hidup. Menulis adalah membingkai perjalanan hidupku agar nanti dapat
kuresapi lagi berbagai rasa itu sewaktu
aku membacanya. Agar orang lain pun dapat memaknai perjalanan yang kutulis ini,
bukan untuk membuat mereka mengerti tapi cukup untuk membuat mereka menyadari
bahwa aku ada dan bercerita.
No comments:
Post a Comment